Suatu hari ada seorang petani yang kesehariannya pantang lelah untuk mencangkul kebun miliknya. Mulai pagi hingga petang dia selalu bekerja dengan semangat, tidak peduli sengatan sinar matahari yang membakar kulitnya, dinginnya deras hujan yang membasahinya, juag tidak jarang banyak burung-burung yang mengganggu hasil panennya tidak ketinggalan dengan hama yang selalu mengusiknya.
Suatu saat, tibalah waktu panen yang selama ini ditunggu-tunggu. mulai dari sayuran sampai buah-buahan. Mengelilingi ladang atau sawah yang ia miliki untuk memetik hasil panennya, secara teratur dia memetik buah apel dan dengan lembutnya dia memetik cabai tidak ketinggalan timun suri yang telah menguning menggiurkan siap untuk santap.
Ketika dia memetik timun suri, dia sejenak terdiam sambil berpikir, menggerutu dalam hatinya bernada protes bercampur bingung “ Tuhan itu tidak adil, kenapa timun suri yang buahnya besar tetapi pohonnya kecil? seharusnya buahnya besar pohonnya pun juga besar .”
Lalu bergegaslah dia kembali kerumahnya dengan senang karena membawa hasil panen yang melimpah. Dipertengahan perjalanan pulang sontak buah rambutan jatuh tepat mengenai batang hidungnya. Lalu dia menangis merasa malu karena sesaat sebelum buah rambutan jatuh tepat mengenai batang hidungnya, dia memvonis bahwa tuhan tidaklah adil. “ Kalau begitu, memang tuhan Maha adil, tidak tahu bagaimana jadinya hidungku ini, kalau misalnya buah rambutan besarnya seperti pohonnya, bisa hancur hidungku bahkan bisa mati aku” Gumam hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar