Sabtu, 23 November 2019

Kerajaan Kedah Tua


Raja                                        : Maharaja Derbar Raja II / Pra Ong Mahawangsa (Sultan Muzaffar Syah)

Ulama yang Mempengaruhi   : Syeikh Abdullah bin Syeikh Ahmad bin Syeikh Jaafar Qaumuri, berasal dari Yaman

Agama Sebelum Islam            : Hindu

Wilayah                                   : Lembah Bujang 

Awal Munculnya Islam           : Abad ke-9 Masehi

Nama Lain                               : Kalah (Panggilan dari Bangsa Arab)

Pusat Perdagangan                   : Kayu manis, Kapur barus, gaharu, cendana, gading, timah, rempah   ratus, emas, rotan dan hasil hutan alam lainnya.


Hubungan antara Kedah Tua dan Dunia Arab dapat dibuktikan dengan adanya matauang syiling zaman Khalifah Al-Mutawalul (847-861) pada tanggal 848 Masehi yang ditemui di Lembah Bujang. Serta terdapat serpihan-serpihan keramik arab, tembikar tanah, batu yang bertuliskan perkataan Ibn Sirdan yang diyakini anak murid Syiekh Abdullah Al Qumairi Al Yamani.
Muhammad Idris, seorang Pakar Geografi Islam yang masyhur sejaman dengan Shalahuddin Al-Ayyubi menukilkan tentang Kedah Tua (Kalah) bahwa Pelabuha Kedah Tua merupakan destinasi terakhir untuk para pedagang Arab.

Selain itu, Kedah Tua juga terkenal dengan tempat pembuatan pedang yang berkualitas dengan disebut As Saif Al Hind. Dalam A’jaaibul Hind, Buzuurg Al Ramhurmuzi telah mencatatkan bahwa seorang nahkoda yang bernama Ismailuyah bin Ibrahim bin Mirdas telah berlayar dari Kalah(Kedah Tua) menuju Oman pada tahun 317 Hijrah bertepatan dengan 929 Masehi.

Maharaja Derbar Raja II atau Pra Ong Mahawangsa telah masuk islam atas dakwah dari seorang ulama yang berasal dari Yaman yang bernama Syeikh Abdullan bin Syeikh Ahmad bin Syeikh Jaafar Qaumiri, dan meruba namanya menjadi Sultan Muzaffar Syah. Islamnya sang Raja diikuti dan diterima oleh semua para pembesar negeri Kedah dan sejak islamnya beliau, para pembesar istana, rakyat Kedah Tua pun masuk islam secara berbondong-bondong.

Selasa, 19 November 2019

Download Film Bilal,Umar dan Utusan Rasullullah

Film Bilal,Umar dan Utusan Rasullullah  


 


Download Film Uwai Al Qarni



Film Uwai Al Qarni



Download Film Siti Maryam

Film Siti Maryam


Download Film Rabiatul Adawiyyah


 Film Rabiatul Adawiyyah







Download Film Nabi Sulaiman



Film Nabi Sulaiman, A.S


Download Film Imam Ghazali

Film Imam Ghazali




Download Film Imam Bukhari

Film Imam Bukhari


Download Film Nabi Ibrahim, A.S


Film Nabi Ibrahim, A.S


Download Film Ashabul Kahfi




Film Ashabul Kahfi









Download Film Bani Hasyim

Film Bani Hasyim



Download Film Ar-Risalah Nabi Muhammad SAW

Film Ar-Risalah


Download Film Umar ibn Khattab

Film Umar ibn Khattab


Download Film Nabi Isa, A.S

Film Nabi Isa, A.S

Sabtu, 16 November 2019

Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Islam


Sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam memberikan prinsip-prinsip dasar dan tata nilai dalam mengelola organisasi atau pemerintahan. Al-qur'an dan As-sunnah dalam permasalahan ini telah mengisyaratkan beberapa prinsip pokok dan tata nilai yang berkaitan dengan kepemimpinan, kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, bernegara (baca: berpolitik) termasuk di dalamnya ada system pemerintahan yang nota-benenya merupakan kontrak sosial. Prinsip-prinsip atau nilai-nilai tersebut antara lain: prinsip Tauhid, As-syura (bermusyawarah) Al-'adalah (berkeadilan) Hurriyah Ma'a Mas'uliyah (kebebasan disertai tanggungjawab) Kepastian Hukum, Jaminan Haq al Ibad (HAM) dan lain sebagainya.
Baca juga :  DEFINISI BALDAH THAYYIBAH DAN KEPEMIMPINAN


1. Prinsip Tauhid
Prinsip tauhid merupakan salah satu prinsip dasar dalam kepemimpinan Islam (baca: pemerintahan Islam). Sebab perbedaan akidah yang fundamental dapat menjadi pemicu dan pemacu kekacauan suatu umat. oleh sebab itu, Islam mengajak kearah satu kesatuan akidah diatas dasar yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat, yaitu tauhid. Dalam alqur'an sendiri dapat ditemukan dalam surat An-nisa' 48, Ali imron 64 dan surat al Ikhlas.
2. Prinsip Musyawarah (Syuro)
Musyawarah berarti mempunyai makna mengeluarkan atau mengajukan pendapat. Dalam menetapkan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat, paling tidak mempunyai tiga cara: 1. keputusan yang ditetapkan oleh penguasa. 2. kepeutusan yang ditetapkan pandangan minoritas. 3. keputusan yang ditetapkan oleh pandangan mayoritas, ini menjadi ciri umum dari demokrasi, meski perlu diketahui bahwa "demokrasi tidak identik dengan syuro" walaupun syuro dalam Islam membenarkan keputusan pendapat mayoritas, hal itu tidak bersifat mutlak. Sebab keputusan pendapat mayoritas tidak boleh menindas keputusan minoritas, melainkan tetap harus memberikan ruang gerak bagi mereka yang minoritas. Lebih dari itu, dalam Islam suara mayoritas tidak boleh berseberangan dengan prinsip-prinsip dasar syariat. Dalam Al-quran ada beberapa ayat yang berbicara tentang musyawarah. Pertama: musyawarah dalam konteks pengambilan keputusan yang berkaitan dengan rumah tangga dan anak-anak, seperti menyapih (berhenti menyusui) anak. Hal ini sebagaimana terdapat pada surat al-Baqarah ayat 233. "apabila suami-istri ingin menyapih anak mereka (sebelum dua tahun) atas dasar kerelaan dan musyawarah antar mereka, maka tidak ada dosa atas keduanya" Kedua: musyawarah dalam konteks membicarakan persoalan-persoalan tertentu dengan anggota masyarakat, termasuk didalamnya dalam hal berorganisasi. Hal ini sebagaimana terdapat pada surat Ali-imron ayat 158. "bermusyawarahlah kamu (Muhammad) dengan mereka dalam urusan tertentu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakkalah kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt mencintai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya". meskipun terdapat beberapa Al-qur'an dan As-sunnah yang menerangkan tentang musyawarah. Hal ini bukan berarti al-Qur'an telah menggambarkan system pemerintahan secara tegas dan rinci, nampaknya hal ini memang disengaja oleh Allah untuk memberikan kebebasan sekaligus medan kreatifitas berfikir hambanya untuk berijtihad menemukan sistem pemerintahan yang sesuai dengan kondisi sosial-kultural. Sangat mungkin ini salah satu sikap demokratis tuhan terhadap hamba-hambanya.
3. Prinsip Keadilan (Al-'adalah)
Dalam memanage pemerintahan, keadilan menjadi suatau keniscayaan, sebab pemerintah dibentuk antara lain agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Tidaklah berlebihan kiranya jika al- Mawardi dalam Al-ahkam Al-sulthoniyah-Nya memasukkan syarat yang pertama seorang pemimpin negara adalah punya sifat adil. Dalam al-Qur'an, kata al-'Adl dalam berbagai bentuknya terulang dua puluh delapan kali. Paling tidak ada empat makna keadilan yang dikemukakan oleh ulama. pertama: adil dalam arti sama. Artinya tidak menbeda-mbedakan satu sama lain. Persamaan yang dimaksud adalah persamaan hak. Ini dilakukan dalam memutuskan hukum. Sebagaimana dalam al qur'an surat an-Nisa' 58. "apabila kamu memutuskan suatu perkara diantara manusia maka hendaklah engkau memutuskan dengan adil". kedua: adil dalam arti seimbang. Disini keadilan identik dengan kesesuaian. Dalam hal ini kesesuaian dan keseimbangan tidak mengharuskan persamaan kadar yang besar dan kecilnya ditentukan oleh fungsi yang diharapkan darinya. Ini sesuai dengan al-Qur'an dalam surat al infithar 6-7 dan al Mulk 3. ketiga: adil dalam arti perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada pemiliknya. Keempat: keadilan yang dinisbatkan kepada Allah Swt. Adil disini berarti memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi. Dalam hal ini Allah memiliki hak atas semuanya yang ada sedangkan semua yang ada, tidak memiliki sesuatau disisinya. Jadi, system pemerintahan Islam yang ideal adalah system yang mencerminkan keadilan yang meliputi persamaan hak didepan umum, keseimbangan (keproposionalan) dalam memanage kekayaan alam misalnya, distribusi pembangunan, adanya balancing power antara pihak pemerintah dengan rakyatnya.

4. Prinsip Kebebasan (al-Hurriyah)

Kebebasan dalam pandangan al-Qur'an sangat dijunjung tinggi termasuk dalam menentukan pilihan agama sekaligus. Namun demikian, kebebasan yang dituntut oleh Islam adalah kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan disini juga kebebasan yang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Dalam konteks kehidupan politik, setiap individu dan bangsa mempunyai hak yang tak terpisahkan dari kebebasan dalam segala bentuk fisik, budaya, ekonomi dan politik serta berjuang dengan segala cara asal konstitusional untuk melawan atas semua bentuk pelanggaran

DEFINISI BALDAH THAYYIBAH DAN KEPEMIMPINAN


A. Pengertian Baldah Thayyibah dan kepemimpinan
            Menurut Wan Mohd Nor, yang kini memimpin Center for Advanced Studies on Islam, Science and Civilazation (CASIS), Universiti Teknologi Malaysia, mencatat pentingnya kedudukan kebahagiaan (sa’adah) suatu negara :
“ Dalam pandangan alam kita,kesejahteraan dan kebahagiaan (sa’adah) adalah aspek penting dalam kemajuan individu dan masyarakat, itulah kebaikan yang sebenarnya dicita-citakan baik di dunia maupun diakhirat. Negara maju adalah negara yang mensejahterakan dan membahagiakan rakyatnya yang mencapai maqasid al-syariah, itulah negara (baldah thayyibah) yang diridhai Allah SWT.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, suatu negara dikatakan sejahtera  dan bahagia bukan ditinjau dari segi material dan luas wilayanya,suatu negara dikatakan sejahtera jika pemimpinnya dapat melayani rakyatnya dengan sebaik-baiknya, baik melayani dalam bidang kesehatan,pendidikan,perekonomian maupun kelayakan dalam kelangsungan hidup, di negara Indonesia masih banyak rakyat-rakyat terpencil yang diasingkan dan dikucilkan, mereka mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya agar bisa hidup dengan tenang, siang malam mereka kepanasan dan kedinginan hanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya, apa ini disebut negara yang sejahtera dan bahagia jikalau rakyatnya masih ada yang hidup terlantar? Jawabannya kembali kedalam diri masing-masing para pemimpin.
Disisi lain negara sejahtera dan bahagia tidak akan terwujud jikalau kepemimpinan itu tidak baik dan berlandaskan Al-qur’an dan Hadist. Berikut ini akan penulis paparkan makna kepemimpinan.
            Dalam bahasa arab kepemimpinan disebut juga sebagai khalifah,imarah dan imamah. Secara etimologi kepemimpinan berarti daya pemimpin atau kualitas seorang pemimpinan atau tindakan dalam memimpin itu sendiri. Sedangkan secara terminologi, ada definisi mengenai kepemimpinan. Menurut David dan Newstroom, kepemimpinan atau leadership adalah suatu kemampuan untuk membujuk orang lain agar dapat mencapai tujuan-tujuan terentu yang telah ditetapkan, dengan kata lain kepemimpinan merupakan upaya untuk mentrasnformasikan potensi-potensi yang terpendam menjadi kenyataan[1].
            Dari definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa kepemimpinan adalah suatu kemampuan seorang pemimpin dalam memimpin anggotanya yang memiliki kekuasaan secara menyeluruh, dan baik tidaknya suatu kepemimpinan tergantung pimpinannya,dan kekuasaan merupakan perantara atau wasilah untuk menuju perencanaan yang telah direncanakan sebelumnya, dan memberikan kecakapannya yang di milikinya tentang leadership.
Kemudian dalil dari Al-Hadist : “Ketahuilah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Setiap kepala negara adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya (rakyat). Seorang perempuan/ibu adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anak-anaknya; ia bertanggung atas kepemimpinannya. Seorang pelayan/hamba sahaya adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Ketahuilah bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan masing-masing mempertanggungjawabkan atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dari Ibnu Umar)
            Kepemimpinan telah menjadi topik pembicaraan sejak 2000 tahun yang lalu, bahkan ketika Allah menciptakan Nabi Adam, Allah memakai istilah khalifah itu sendiri sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan. Ayat ini juga menunjukan bahwa persoalan kepemimpinan telah wujud sejak penciptaan manusia di muka bumi ini dalam rencana Allah:
        “ Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan RasulNya dan ulil amri (pemimpin) diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah ( al-quran) dan RasulNya (al-hadist), yang demikian tiu merupakan lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya “
Kata khalifah berarti pengganti atau pemegang otoritas tuhan di muka bumi, istilah ini dipakai sebagai sebutan bagi pemimpin kaum muslimin setelah Rasulullah wafat,seperti untuk para khulafa ar-Rasyidin, para khalifah ini diyakini memiliki otoritas duniawi dan keagamaan, sedangkan dalam faham teokrasi, raja atau kaisar dianggap sebagai perwujudan (titisan) tuhan, misalnya kaisar Jepang dipercayai sebagai keturunan  dewa matahari, raja-raja Mesir sebagai titisan dewa Ra, dan sebagainya. Ini dimbil dari keyakinan suatu agama masing- masing, yang dipercayai dapat menyelamatkan kehidupan mereka secara keseluruhan, lebih dari itu mereka juga menyembah yang tak dapat memberikan manfaat kepada mereka yang mereka anggap itu suci, ini merupakan kekeliruan yang seharusnya kita luruskan mereka hanya menghabis-habiskan waktu yang mestinya mereka gunakan untuk melakukan hal-hal yang baik.[2]
Dalam hal kepemimpinan, sosok Nabi muhammad selalu muncul dalam benak kita. Berbagai teori-teori kepemimpinan yang dikemukakan oleh para guru leadership ditemukan pada pribadi dan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Salah satu teori yang di kemukakan oleh Kets de Vries yang menyimpulkan dari penelitian klinisnya terhadap para pemimpin bahwa sebanyak prosentase tertentu dari para pemimpin itu mengembangkan kepemimpinan mereka karena dipengaruhi oleh trauma pada masa kecil mereka.
            Nabi Muhammad SAW. mengalami masa-masa sulit di waktu kecilnya. Di usia dini beliau sudah menjadi yatim piatu. Pada usia kanak-kanak itu pula beliau harus menggembala ternak penduduk Mekkah. Di awal usia remaja, beliau sudah mulai berdagang dengan mengikuti pamannya Abu Thalib ke daerah sekitar jazirah arab.
            Sebelum menempuh ke jenjang yang lebih luas lagi, seorang pemimpin harus mampu menguasai dirinya dengan karakter-karakter yang dimilikinya. Pembentukan self leadership ( mempimpin diri sendiri) sangatlah di perlukan. Karena adanya jarak antara apa yang dipelajari tentang leadership dan apayang benar diterapkan merupakan fenomena umum dalam model kepemimpinan sekarang. Model-model ini hanya terfokus pada berbagai kompetensi yang diperlukan untuk memimpin  suatu organisasi  tetapi tidak tidak di jelaskan bagaimana cara menumbuhsuburkan kompetensi-kompetensi tersebut.
            Sebenarnya hal ini lebih merupakan keberanian (courage) ketimbang krisi teori leadership. Karena yang kurang selama ini bukanlah pengetahuan dan teori, akan tetapi keberanian untuk mewujudkan pengetahuan tersebut kedalam bentuk nyata. Keberanian tidang datang hanya dengan berharap. Ia hanya terjadi sebagai konsekuensi tingkat kesadaran seseorang. Untuk mencapai hal itu seseorang harus dapat memahami dan mengalami tingkat kesadaran yang mendalam dan tingkat identitas diri yang tinggi, sebagai prasyarat bagi pengembangan kompetensi dalam memimpin orang lain.
B. Ciri-ciri Baldah Thayyibah
            Apakah kita selalu mengira, bahwa negara yang sejahtera merupakan negara yang memiliki bangunan yang tinggi nan megah, material yang melimpah?  Apakah IPM selama ini dengan parameter tingkat pendidikan, kesehatan dan lain-lain? padahal menurut informasi, ada sebuah daerah yang tingkat pendidikannya rendah, pos pelayanan kesehatannya tidak terjamin, serta pendapatan masyarakat hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari saja, namun pada kenyataannnya, tingkat harapan hidupnya bisa mencapai 90 tahun,
oleh karena itu melimpahnya hasil bahan tambang, luasnya wilayahnya serta tingginya suatu bangunan, belum terjamin rakyatnya menjadi sejahtera. Dalam hal ini mari kita renungkan firman Allah SWT.di dalam Al-quran surat Al-Quraisy ayat 3-4 yang berbunyi:

فليعبدوا رب هذا اللبيت  • الذى اطعمهم من جوع و امن هم من خوف
“ Maka hendaklah mereka menyembah tuhan pemilik rumah ini(ka’bah), yang telah memberikan mereka makan ketika kelaparan dan memberikan keamanaan disaat ketakutan”
            Berdasarkan ayat diatas dapat disimpulkan, bahwa ciri-ciri negara yang sejahtera adalah sebagai berikut:
1.      Bebas dari rasa lapar
    Tidak ada di dunia ini yang dapat menahan ketika rasa lapar menghinggapinya, banyak kriminalitas yang terjadi hanya karena masalah perut, mungkin saja semua kejahatan dapat terjadi karena semata-mata menginginkan sesuap nasi, meski ayat diatas hanya disebut makanan, namun tingkat kesejahteraan rakyat adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti, makan, minum, distrbusi sumber energi(BBM), kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Dengan demikian negara sejahtera merupakan negara yang dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti, pembangunan pos pelayanan kesehatan gratis, pembukaan lapangan kerja, tempat pendidikan yang bebas biaya, serta akses dalam mendapatkan bahan bakar terjangkau mudah dan murah, karena semua kebutuhan dasar tersebut merupakan hal yang bersifat primer dan harus dimiliki oleh setiap orang tanpa pengecualian.

2.      Bebas dari rasa takut
    Takut dalam hal ini memiliki banyak hal, diantaranya takut dari ancaman keamanan maupun lainnya, takut dari ancaman keamanan merupakan hal yang penting, coba perhatikanlah wisatawan takut datang ke Indonesia setelah terjadinya Bom Bali,orang-orang takut datang ke China, Korsel, Kanada setelah adanya flu babi, oleh karena itu stabilitas keamanan negara menjadikan hal yang menentukan kurs mata uang suatu negara.
    Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa suatu negara belum pantas di kategorikan negara yang sejahtera jika belum mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia, negara yang sejahtera merupakan negara yang dapat dan mampu nelayani rakyatnya dengan sebaik-baiknya dan memenuhi semua kebutuhan dan keamanan yang selayaknya mereka dapatkan, dengan hal itu rakyat dapat merasakan kesejahteraan dan ketentraman hati. Bisa dibayangkan jika pemimpinnya hanya memikirkan problematika dan persoalan politik saja tanpa memikirkan nasib rakyatnya yang menderita kelaparan serta ketakutan dan musibah yang menimpanya serta berambisi untuk menjadi pemimpin selanjutnya, maka tunggulah sebuah kehancuran dan kemusnahan yang akan menimpa negara tersebut jika pemimpinnya memiliki karakter seperti itu.
    Tidak ada negara yang sejahtera tanpa adanya seorang pemimpin yang spontan terjun langsung menghadapi persoalan dan permasalahan yang sedang dihadapi oleh rakyatnya. Berdasarkan ayati diatas bahwa ciri-ciri negara yang sejahtera menurut pandangan Al-qu’ran adalah “ bebas dari kelaparan” dan “ bebas dari rasa takut”. Ketakutan tidak hanya timbul dari berbagai sisi zahirnya saja melainkan dari segi batinnya. Ketakutan bathiniyyah merupakan kewaspadaan terhadap sesuatu yang menimpanya dan menjauhkannya dari sang pencipta. Yang demikian itu akan mewujudkan jiwa yang penakut dalam hal ubudiyyah. Di sisi lain, kewaspadaan adalah aspek dari segala bentuk perhatian yang akan menjadi rem dalam hidup kita untuk mengambil suatu keputusan dan tindakan, aspek yang dapat mencegah kita dalam melakukan hal-hal yang syubhat atau yang diragukan.

C. Karakteristik Pemimpin
          Seorang pemimpin harus dapat mengatur, mengelola, mengajak, menggerakan serta membawa berita gembira kepada anggotanya dan semua orang, dan seorang pemimpin merupakan inspirator, motivator, dan pembangkit untuk para pengikutnya agar dapat tergerak hatinya dan perbuatannya untuk mencapai tujuan dan harapan tertentu dan menggapai cita-cita yang baik dan mulia.
            Dalam hal kepemimpinan seharusnya bersifat profetik, yaitu model kepemimpinan yang di garap melalui model kepemimpinan Rasulullah SAW.dan para Al- anbiya dalam memimpin umatnya. Rasulullah dan para Al-anbiya sebagai pemimpin umat manusia di muka bumi ini memliki sifat dan karakterter yang mulia dengan sifat dan karakter tersebut akan cepat menular kepada para pengikutnya, dengan berdasarkan perbekalan sifat dan karakter yang mulia, Rasulullah dan para Al-anbiya sukses membawa umatnya sesuai pada zamannya masing-masing.
            Berikut ini adalah tujuh sifat dan karakter yang semestinya tumbuh dalam diri seorang pemimpin, tujuh karakter tersebut ialah:
1.      Shiddiq, yang artinya adalah benar. Kepemimpinan profetik selalu mengedepankan akhlak yang baik, mereka satu perkataan dan perbuatan , dan selalu tegas dan berani dalam  mengatakan hal yang benar dan mengatakan salah jikalau itu adalah perbuatan yang salah, dan bukan berarti merasa diri dan pihaknya benar.
2.      Amanah, yang berarti dapat dipercaya. Kepemimpinan profetik selalu menghadirkan tanggung jawab dan kepercayaan (trustworthy) kepada siapa yang telah menunjuknya sebagai pemimpin, sifat pemimpin seperti ini selalu melaksanakan sesuai apa yang telah ia rencanakan sebelumnya, agar dapat membawa dan menjadikan rakyatnya sejahtera dan bahagia, ini merupakan tugas berat bagi seorang pemimpin dalam melaksanakan kewajibannya, karakter amanah dapat menajamkan kepekaan seorang pemimpin terhadap rakyatnya dan dapat memisahkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan global/organisasi.
3.      Memiliki sifat Tabligh yang artinya menyampaikan. Kepemimpinan profetik menggunakan komkunikasi yang efektif, memiliki visi dan misi bagi rakyatnya yang jauh kedepan, seorang pemimpin juga harus memiliki bahasa dan diplomasi yang mudah dipahami oleh rakyatnya agar selalu menjalankan dan mengamalkan perintah yang telah diberikan kepada pemimpinnya, seorang pemimpin seperti Nabi dan Rasul memiliki komunikasi yang efisien dan berbobot serta visi misi yang dapat memajukan umatnya agar menjadi yang lebih baik.
4.      Memiliki sifat Fathonah yang berarti cerdas. Kepemimpinan profetik selalu memiliki intelektual, emosional dan spiritual yang tinggi, selalu berkomitmen terhadap keungggulan, selalu berpikir sebelum melakukan tindakan dan selalu waspada terhadap resiko yang akan dihadapinya, mengharapkan agar kepemimpinan selanjutnya dapat menjadi panutan dan teladan bagi para penerus setelahnya, serta mengaplikasikan sesuatu yang terbaik untuk rakyatnya, berikhtiar, dan berhati-hati dalam mengambil tindakan.
5.      Memiliki sifat istiqomah yang berarti teguh dalam menjalankan pekerjaan. Kepemimpinan profetik selalu menginginkan perbaikan dan pengembangan dan menjalankan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya dan penuh konsisten, suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan konsisiten akan menjadi kebiasaan dan mampu menghasilkan hasil yang memuaskan dan sesuai dengan harapannya.
6.      Memiliki sifat mahabbah yang artinya penuh kasih sayang.kepemimpinan profetik selalu menanamkan kasih sayang dan membuahkan persahabatan dan perdamaian bukan perkelahian, selalu mengajaknya agar sayng dan cinta kepada makhluk karena Allah SWT. jika sifat dan karakter seperti ini, sudah membekas pada diri seorang pemimpin, niscaya rakyatnya akan patuh dan selalu mengerjakan perintahnya.
7.      Memiliki sifat atu karakter shaleh/ma’ruf yang artinya baik, bijak, dan arif. Kepemimpinan profetik adalah wjud dari ketaqwaannya kepada Allah. Mereka selalu mendarmabaktikan diri kepada ilahi dan terlahir dari dalam dirinya sifat-sifat terpuji yang senantiasa disegani oleh rakyatnya. Kepemimpinan yang diambil alih oleh Rasul dan Nabi selalu berpedoman dari mukjizat dan wahyu dari Allah, sehingga akan menimbulkan jiwa kharismatik dari kulitnya, aura wajahnya, tutur katanya, sikapnya serta penampilannya. Seorang pemimpin yang shaleh memiliki kualitas yang unggul, sehingga rakyatnya akan patuh terhadap apa yang diperinta

    Sebagai pemimpin umat islam, sekaligus pemimpin manusia di muka bumi ini, Rasulullah tak pernah menyerah dalam mengahadapi umatnya yang tidak mau mengikuti ajarannya, namun berkat sifat dan karakternya yang terpuji, beliau dapat mengubah kondisi yang buruk menjadi yang lebih baik, ini semata-mata karena petunjuk dan wahyu dari Allah SWT. serta kegigihan dan keberanian dan keberanian beliau dalam memimpin ( leading ).
D. Kepemimpinan Rasulullah SAW

            Bicara tentang kepemimpinan Rasulullah, tidak bisa dilepaskan dengan dari kehadiran beliau, yaitu sebagi pemimpin spritual dan pemimpin masyarakat, prinsip dasar kepemimpinan beliau adalah keteladanan. Dalam kepemimpinannya, beliau selalu megutamkan keteladanan yang baik atau uswah hasanah pemberian contoh yang baik kepada umatnya, Rasulullah memang memiliki jiwa emosional yang agung dan dapat ditiru oleh seluruh manusia.
            Hal ini sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam Al-qur’an yang berbunyi:
و إنك لعلى خلق عظيم
  “  Dan sesungguhnya engkau Muhammad berada dalam akhlak yang agung “ (Al-Qalam: 4)
            Sebagai pemimpin keagamaan, Nabi Muhammad SAW. tidak berhenti pada sebatas menyampaikan wahyu Allah SWT. beliaulah tidak hanya seorang yang mengatakan bahwa ini baik dan itu buruk  kemudian menjaga jarak dari umatnya. Beliau bukanlah seseorang yang mengurung diri dari publik dan selalu menyibukkan diri dari rutinitas ibadah. Beliau adalah seorang penyeru yang dekat dengan umatnya. Beliau sering mengunjungi rumah shabat-shabatnya dan rumah anak-anaknya. Dan beliau juga sering bermain dengan anak-anak mereka. Beliau turun langsung melihat kehidupan pengikutnya dan orang-orang yang belum beriman dengannya. Beliau tak segan-segan kepala anak yatim, menyeka air mata fakir miskin, meyuapi peminta-minta, dan sebagainya. Beliau benar-benar seorang pemimpin yang dekat dengan umatnya. Beliau tidak sekedar ceramah dari satu masjid ke masjid yang lain, tetapi menyentuh langsung hati umatnya di tempat mereka berada.
            Dalam hal ini ada sebuah kisah mengenai kedekatan Nabi Muhammad SAW. terhadap umatnya.
suatu hari di sudut Makkah kota madinah ada seorang pengemis yahudi buta. Hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata, “ wahai saudaraku, janganlah engkau mendekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya.”
Setiap pagi Rasulullah SAW. mendatanginya dengan membawakan makanan dan tanpa berkata apapun beliau menyuapi makanan yang telah di bawanya kepada pengemis itu walupun pengemis itu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW. melakukannya hingga beliau wafat.
Setelah kewafatannya tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi dan menyuapinya. Suatu hari Abu Bakar r.a berkunjung ke rumah putrinya, Aisyah r.a. Beliau bertanya,” anakku adakah sunnah nabi yang belum aku kerjakan?” Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya ‘  wahai ayahku, engkaulah ahli sunnah, hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja.” “apakah itu?” Tanya Abu bakar r.a. “ Setiap pagi Rasulullah SAW selalu berkunjung ke ujung pasar, dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis yahudi buta yang berada disana,” Kata Aisyah.
Keesokan harinya, Abu Bakar r.a pergi ke pasar dengan membawakan makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar r.a mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berkata,” siapakah kamu?” Abu Bakar menjawab,’aku orang yang biasa datang.’ “bukan! Engaku bukan orang yang biasa mendatangiku,” jawab si pengemis buta itu.” Orang yang biasa menyuapiku terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan dengan lembut kepadaku.”
Abu Bakar r.a tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu,” Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah seorang sahabatnya, orang yang mulia itu telah pergi. Ia adalah Muhammad SAW.
Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar r.a ia pun menangis sambil berkata,” Benarkah demikian? Selama ini aku selalu memfitnahnya, menghinanya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawakan makanan setiap pagi, ia begitu mulia.
Pengemis Yahudi buta itu akhrnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar r.a Kesabaran Rasulullah SAW memang tidak terbatas dan tidak pandang bulu walupun kepada seorang pengemis buta itu yang selalu memusuhi beliau[3].
Ada sebuah hadist qudsi mengenai Rasulullah SAW. Abu Naim dalam kitabnya “Al-hidaya” telah meriwayatkan sebagai berikut:
“ Allah telah memberi wahyu kepada Musa, Nabi Bani Isarail. Bahwa barang siapa bertemu Aku, padahal ia ingkar kepada Ahmad, niscaya Aku masukkan dirinya ke dalam nerka. Musa berkata:” siapakah Ahmad itu, wahai tuhanku?” Allah berfirman:” Tidak pernah Aku ciptakan satu ciptaan yang lebih mulia menurut pandangan-Ku dari padanya. Telah kutuliskan namanya bersama nama-Ku di ‘Arasy sebelum Aku ciptakan tujuh lapis langit dan bumi. Ini sesungguhnya surga itu terlarang bagi semua makhluk-Ku, sebelum ia dan umatnya yang ,memasukinya terlebih dahulu.” Musa berkata:” Siapakah umatnya itu?” Firman-Nya:” Mereka banyak memuji Allah. Mereka memuji Allah sambil naik dan turun dalam setiap keadaan. Mereka mengikat pinggang ( menutup aurat) dan berwudhu membersihkan anggota badan. Mereka berpuasa di siang hari, bersepi diri dan berdzikir sepanjang malam. Aku terima semua amalan yang dikerjakan dengan ikhlas walu hanya sedikit. Akan Kumasukan mereka ke dalam surga karena kesaksiannya tiada tuhan yang sebanarnya di ibadahi kecuali Allah.” Musa berkata:” Jadikanlah saya nabi umat itu.” Allah menerangkan:’” Engkau lahir mendahului nabi dan umat itu, sedang dia lahir kemudian, Aku berjanji padamu untuk mengumpulkan engaku bersamanya di Daarul-Jalal (surga).”
(HQR. Abu Naim)
Nabi Muhammad SAW. Mengajarkan kepada umatnya untuk berdzikir dan patuh kepada Allah, karena dengan itu merupakan salah satu dari penyebab yang memasukkan kita ke dalam surga.
            Dari hadist diatas, jelaslah bahwa Nabi Muhammad SAW. Ternyata di utamakan Allah SWT.       dan umatnya lah yang didahului untuk masuk surga. Nabi Muhammad SAW. mengajarkan umatnya agar bagaimana dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan di dinia maupun di akhirat kelak, diantaranya sebagai berikut ini :
1.      Memuji tuhannya. Kapan saja dan dimana saja selalu memuji tuhannya dan bagaimanapun keadaanya
2.      Menjaga diri dengan memlihara kehormatan dan menutup aurat yang tidak pantas untuk di perlihatkan menurut tuntunan dari syariat islam
3.      Mengajarkan berwudhu. Yaitu menghilangkan hadast kecil yang diiringin dengan melakukan shalat serta menjaga diri dari kotoran maknawi (abstrak)
4.      Mengajarkannya berpuasa pada siang hari atau dari , sering mengosongkan perutnya dari makan dan minum dan menahan hawa nafsu
5.      Memperbanyak ibadah di malam hari. Selalu berdzikir memuji tuhannya di malam yang sepi hening dan sunyi jauh dari riya dan semata-mata karena Allah SWT.
Dengan hal yang disebutkan diatas Rasulullah membawa umatnya meraih kesenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta dapat memajukan kejayaan umat islam di dunia.
Dalam kepemimpinannya, Rasulullah SAW. Juga menggunakan pendekatan persuasif dan tidak melakukannya dengan kekerasan atau represif. Hal ini anatara lain tampak dalam sikap nabi ketika Rasulullah menghadapi suku Badui yang baru masuk islam dan belum mampu meninggalkan kebiasaan buruknya. Dalam kepemimpinannya beliau juga mengginakan gaya inklusif indikasinya beliau selalu menerima kritikan dan mau menrima saran dari para shabatnya, hal ini tampak ketika beliau memimpin peperangan Badar, beliau pada waktu itu menempatkan pasukannya dekat dengan mata air, ketika itu seorang shahabat Anshor bernama Hubab ibn Mundhir bertanya kepada Rasulullah, “ ya Rasulullah, apakah keputusan ini berdasarkan wahyu dari Allah sehingga tidak dapat berubah atau hanya pendapat engkau? Rasulullah menjawab: ini adalah ijtihadku, kata Hubab: wahai utusan Allah, ini kurang tepat, lebih baik engkau gerakkan pasukanmu untuk maju kedepan untuk mendekati mata air yang lebih dekat, kemudian ambil tempat air lalu kita isi, setelah itu kita tutup mata airnya dengan pasir agar musuh tidak dapat mengambilnya, akhirnya beliau mengikuti saran shabat itu.
            Diriwayatkan dari Miswar bin Makhramah berkata, “Rasulullah SAW. keluar menemui para sahabatnya lalu bersabda, Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mengutusku sebagai rahmat ubagi umat manusia seluruhnya. Oleh karena itu, tunaikanlah atas namaku, semoga Allah merahmati kalian..... berangkatlah dan kerjakanlah..... (HR. Thabrani)
            Pengkauan akan kebesaran beliau bukan hanya hanya diberikan oleh kaum muslimin, melainkan juga oleh non muslim. Diantara pengakuan itu  diberikan secara objektif oleh Michael H. Hart dalam buku monumentalnya, The 100, yang menetapkan Muhammad SAW. Sebagai tokoh berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad SAW. Merupakan satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang, dan terpecah belah menjadi bangsa maju yang sanggup mengalahkan pasukan Persia dan Romawi di medan pertempuran.
            Mengenai keikhlasan beliau dalam membawakan berita gembira dan menjadi rahmat bagi seluruh manusia, tak perlu di cemaskan lagi. Dalam berdakwah dan membangun dapat dipahami dari penolakannya terhadap segala bentuk penawaran kaum musyrikin yang menghendakinya untuk berhenti dari dakwahnya itu. Dengan tegas Rasulullah SAW. Bersabda, “ Demi Allah wahai paman, sekiranya mereka dapat meletakkan matahari di sebelah tangan kananku, dan rembulan di tangan kiriku untuk meninggalkan hal ini, hingga Allah memenangkannya atau aku binasa, tidak akan aku tinggalkan.”

E. Kepemimpinan Khulafa ar-Rasyidin

            Sepeninggal Rasulullah, kepemimpinan diambil alih oleh para penggantinya yang terkenal disebut Khulafa ar_rasyidin. Masa ini dipetakan menjadi empat bagian yaitu : masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar Ibn Khattab, Ustman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib. Berikut ini penulis uraikan satu per satu tentang gaya kepemimpinan para khalifah :
A.    Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq
Ø  Musyawarah

Khalifah Abu Bakar jika menemukan suatu perkara , beliau akan cari di Al-qur’an, bila tidak memperolehnya beliau mempelajari bagaimana cara Rasulullah mempelajari bagaimana cara Rasulullah mengahadapi perkara seperti ini, bila tidak menemukannya beliau mengumpulkan tokoh-tokoh yang terbaik untuk menyelesaikan perkara ini.

Ø  Bersikap tegas
Khalifah Abu Bakar bersikap tegas kepada siapa saja yang murtad. Orang-orang yang tidak membayar zakat dan orang yang mengakui dirinya adalah seorang nabi.
Ø  Menerima kritikan
Hal ini dapat terlihat ketika khutbah beliau saat dibai’at menjadi khalifah “ jika aku berbuat baik, maka bantulah aku, namun jika aku berbuat buruk, maka luruskanlah jalanku “
B.     Khalifah Umar Ibn Khattab
Ø  Dekat dan memerhatikan dengan seksama kondisi umat
Adalah suatu kebiasaan Khalifah Umar keluar malam untuk mengetahui kondisi umatnya yang sedang dialaminya, beliau keluar malam tanpa diketahui orang lain dan memikul gandum di pundaknya sendiri untuk diberikan kepada seorang janda yang ditangisi oleh anaknya karena kelaparan yang belum makan beberapa hari, dan Umar merasa bahwa semua ini adalah atas kelalaiannya yang kurang memperhatikan kondisi rakyatnya yang miskin dan sengasara, dan ketidakadilannya dalam elayani semua lapisan masyarakat. Kepemimpinan khalifah Umar adalah cermin dari kualitas pemimpin yang baik, arif, bijak dan selalu merasakan apa yang dirasakan oleh umatnya.
Ø  Memiliki jiwa yang besar dalam menerima kritikan dari rakyatnya
Keikhlasan menerima kritikan adalah suatu sikap yang sulit dilakukan untuk diwujudkan yang terlepas dari posisi sosialnya. Pernah ada sebuah cerita pada waktu itu Salman Al- Farisi membuat perhitungan kepada Khalifah Umar di hadapan banyak orang, yaitu ketika ia melihat Umar memakai pakaian yang terdiri atas dua kali lipat dari bagian satu orang rakyat biasa dari pakaian yang sama, maka Umar meminta kepada putranya Abdullah agar menjelaskan tentang hal itu, Abdullah bersaksi bahwa ia telah memberikan bagiannya itu kepada ayahnya.
C.     Khalifah Ustman Ibn Affan
Ø  Sikap dermawan yang tinggi
Kedermawanannya yang beliau miliki ketika sebelum menjadi khalifah, masih terbawa ketika ia menduduki kursi khifah, dan beliau selalu membantu rakyatnya  dalam hal dan kondisi apapun tak pernah pandang bulu.
Ø  Profesional dalam memilih para wali
Beliau selalu bertindak profesional dalam memilih wali yang beliau utus untuk memperkuat kejayaan islam melalui personal yang jelas dan baik karakteristiknya, dengan hal ini wilayah kekuasaan islam semakin berkembang pesat. Demikian juga tanggung jawab dakwah  dimasing-masing tersebut.
D.    Khalifah Ali Ibn Abi Thalib
Ø  Memecat kepala-kepala daerah yang telah dipilih Khalifah Ustman dan mencari pengganti pilihannya sendiri.
Ø  Mengambil kembali tanah-tanah yang diberikan Khailfah Ustman kepada famili-familinya dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian yang diberikan oleh Khalifa Ustman tanpa alasan tertentu diambil kembali oleh Ali.
Ø  Memiliki  kecakapan dan ilmu pengetahuan dalam bidang militer ataupun startegi perang yang handal.

    Keteladanan merupakan salah satu kunci kesuksesan bagi para pemipin mana saja, yang menjadi tolak ukur kokoh dan jayanya suatu negara, dalam hal membina umat mencerdaskan kehidupan bangsa dan selalu peduli terhadap rakyat-rakyat kecil. Kekhalifahan yang dipimpin ole para khalifah menjadi suri tauladan yang baik dalam kepemimpinan, didalam suatu negara atau wilayah, harus memiliki pemimpin yang bijak, baik, arif, bijaksana, bertanggung jawab dan selalu merasakan apa yang dirasakan oleh rakyatnya, tidak haus akan kekuasaan dan tidak main hakim sendiri serta tidak pandang bulu dalam memimpin sehingga dapat memajukan negaranya dalam hal ubudiyyah maupun jasmaniyah. Seorang pemimpin harus memiliki kewibawaan dan jiwa kharismatik yang tinggi agar bisa menggerakan dan membawa rakyatnya agar bisa mewujudkan harapan dan impian yang dicita-citakan, berlaku adil terhadapa seluruh rakyatnya dan perhatian kepada rakyat-rakyat yang miskin, dapat bertindak profesional dalam suatu pekerjaan antara kepetingan pribadi dengan kepentingan organisasi, bahkan harus rela mengorbankan kepentingan pribadi demi mementingkan kepentingan umat, selalu menerima kritikan yangh diutarakan oleh rakyatnya dan selalu meneria saran yang disampaikannya demi memajukan kesejahteraan rakyat dan negara, coba kita lihat para pemimpin Indonesia, yang semacam gubernur yang memimpin kekuasaan tertinggi di provinsi, walikota yang memiliki kekuasaan penuh di masyarakat, dan lainnya apakah mampu menerima kritik dan saran dari bawahannya, dan membenahi pendidikan yang minim menjadi yang lebih baik, serta mampu mensejahterakan bawahannya dalam kepemimpinannya?

jikalau mereka mampu dan selalu menerima apa-apa yang disampaikan oleh rakyatnya demi kemashlahatan bersama bukan pribadi niscaya akan meningkatkan kualitas dan kinerja para pemimpin dikemudian hari.

F. Kapan seseorang layak menjadi pemimpin


            Semua orang dapat memiliki peluang untuk menjadi pemimpin, berapa banyak para caleg, cagub, serta capres yang mengajukan dirinya untuk menjadi sang pemimpin didaerahnya masing-masing, tak apalagi presiden , dia mempunyai beban yang sangat besar dalam mengayomi rakyatnya sebagai contoh Indonesia. Indonesia merupakan negara yang masuk dalam kategori terpadat peduduknya didunia mereka berlomba-lomba untuk menduduki kursi kepresidenan untuk menjadi penguasa di negara ini, mereka rela mengeluarkan banyak uang untuk kepentingan kampanye untuk menambah dukungan dari masyarakat sekitar tetapi apa, apa yang mereka lakukan ketika mendapatkan kesempatan untuk memimpin rakyat yang jumlah penduduknya sekitar ± 250 juta jiwa

            Berikut ini adalah ciri-ciri seseorang yang layak untuk menjadi seorang pemimpin :

1)      Bertanggung jawab
Pemimpin yang sangat diatunggu-tunggu oleh rakyatnya adalah seorang pemimpin yang mempunyai tanggung jawab yang besar, ia tak bisa tenang kecuali setelah bisa mempertanggung jawab apa yang ia telah perbuat, bahkan ia rela berkorban apapun asalkan ia bisa melakukan tugasnya dengan baik dan sempurna. Banyak pemimpin di Indonesia yang lalai akan tugasnya, dan kita memakluinya bahwa semua orang pasti melakukan kesalahan dan dosa, tapi sebaik-baiknya orang adalah yang mampu merubah dirinya dikemudian hari dan tak ingin mengulanginya lagi, tapi apa yang kita lihat sekarang pemimpin kita masih saja berbuat yang tidak semestinya, mereka tidak tanggung jawab terhadap kejaannya, namun sebaliknya mereka terus mengagali duniawi untuk memuaskan nafsu dunia agar bisa menjadi yang terkaya, apakah ini disebut pemimpin yangh betanggung jawab, disaat rakyatnya menderita akan tetapi mereka selalu mengumpulkan dan mengkorupsi kas negara, yang semestinya diberikan kepada fakir miskin dan orang-orang terlantar agar mereka bisa merasakan yang orang lain rasakan. Tanggung jawab merupakan karakter yang sangat penting yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin, rakyat tidak memandang kalau orang itu dalam segi materialnya jurang, tapi rakyat melihat sosok dan jiwa pemimpin dari sifatnya yang  bisa menjalani dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diembankannya, maka pantaslah ia menjadi seorang pemimpin yang handal.
2)      Punya integritas
Sebuah negara terasa nyaman bila ada seorang pemimpin mempunyai konsep yang baik, sangt bagus untuk mensejahterkan rakyatnya, memiliki mutu yang tinggi dalam perihal mengatur jalannya sebuah rencana( konseptor), namun bila suatu konsep tidak dijalani dengan beriringan suatu pekerjaan dalam artian di praktekan tidak di gunakan sebagai mestinya , maka hasilnya pun berantakan tidak sesuai dengan rencana dan konsep yang telah dirancang sebelumya. Seorang pempimpin seharusnya memiliki jiwa konseptor yang mampu mengendalikan rakyatnya agar mencapaio tujuan bersama yang telah di rencanakan, bila suatu konsep tidak dijalani dengan sebuah eksperimen atau praktek, maka akan  membuahkan kesalahan yang besar.
3)      Berani mengahadapi resiko
Sekiranya tidak ada seorang pemimpin yang dipilih namun ia selalu mudah menyerah dalam mengahadapi situasi dan kondisi apapun, selayaknya seorang pemimpin bersikap berani dalam mengambil langkah yang telah diambil, selalu waspada dalam mengambil suatu keputusan, tidak senonoh dalam berbuat, serta berani menghadapi resiko yang telah mengancamnya, dan tenang, seorang leader harus tegar dalam menghadapi suatu cobaan yang menimpa negara dan rakyatnya, dan berusaha mencari solusi agar dapat keluar dari masalah tersebut, tidak menyerah dan memiliki jiwa memiliki demi tercapainya sebuah harapan.
4)      Pantang menyerah
Kegagalan adalah awal sebuah keberhasilan, itulah kata –kata orang bijak yang sudah tidak asing lagi di telingan kita, sepertinya perkataan tersebut dapat diperbaiki jika seseorang menemukan kegagalan yang telah diadapatinya dan dia tidak mau berusaha untuk bangkit dari kegagalannya, lantas akan terdapat kekeliruan dalam perkataan tersebut, perkataan tersebut mengandung arti yang luas, yatu jika seseorang gagal (dalam artian disini pemimpin) maka selayaknya dia bangkit dan berusaha untuk bisa kembali melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan pada akhirnya sesuai dengan usahanya akan menghasilkan hasil yang memuaskan. Pemimpin yang sejati tidak gentar dalam menghadapi apapun, mereka menganggap kegagalan adalah sebuah jalur yang akan mengantarkannya ke gerbang kesuksesan yang abadi.
5)      Berdedikasi dan komit
Layaknya seorang pemimpin yang tangguh yang selalu mengaharapkan kesusesan negaranya hendaklah memiliki koitmen yang kuat, agar dapat melakukan tuganya dengan sebaik-baiknya. Seorang pemimpin harus menyeimbangi antara tugas untuk dirinya dengan tugas untuk para rakyatnya, hal itu tidak akan terjadi jikalu pemimpinnya tidak memiliki komitmen yang dapat dipegang dan selalu berdedikasi terhadap tugas-tugasnya untuk meningkatkan kualitas dan semangat kinerjanya.
            Sebuah kesempatan dalam memimpin seharusnya menjadi sebuah pemicu diri dan pemacu semua kegiatan dalam hal mendekatkan diri kepada Allah SWT. namun walu bagaimanapun juga itu merupakan sebuah anugerah dan tanggung jawab untuk kita serta merupakan ujian dari Allah kepada para hambanya, dengan demikian kita akan selalu menjadi hambanya yang selalu bersyukur atas pemberian nikmatnya dan tak lupa selalu berhati-hati dalam bujukan dan rayuan setan dalam memimpin suatu negara, karena memimpin merupakan amanah yang besar beserta janji-janjinya yang telah diucapkannya ketika dilantik menjadi presiden dan akan dipertanggungjawabkan nanti di akhirat kelak.
Sebagaimana yang diterangkan oleh Allah dalam Al-Qur’an ;
والذين هم لآمـانـاتهم وعهد هم راعون
"Dan sungguh (beruntung) orang yang telah menjaga amanat-amanat dan  
janji-janjinya “ (QS.Al-mukmin:8)
            Kedudukan amanah merupakan suatu hal yang berat dipikulnya, dan akan dipertanyakan pertanggung jawabannya. Amanah tidak biasa lepas tanpa adanya sebuah tugas yang akan ia lakukan demi menjaga manahnya dengan baik.
Allah berfirman mengenai kedudukan amanah dalam Al-Quran:
إنا عرضنا لامانة على السماوات ولارض والجبال فأبين ان يحملنها وأشفقن منها وحملها النسان إنه كان ظلوما جهولا.
Kami telah menawarkan Amanah itu kepada langit, bumi, dan gunung, tetapi mereka enggan memikulnya dan takut dari padanya. Sedang manusia mau memikulnya, sesungguhnya manusia itu sangat penganiaya dan bodoh. (QS. Al-Ahzab: 72)
            Para ulama telah membicarakan penawaran tuhan kepada Adam. Ada yang engatakan penawaran itu hakiki dan hal itu tidak mustahil bagi Allah SWT. untuk menampakkan yang ma’nawi (abstrak) menjadi konkrit menurut Qudratullah.
            Ibnu Katsir dalam tafsirnya menceritakan bahwa menurut ‘Aun bin Ma’war Hasan Bashri setelah ‘Aun membaca ayat diatas berkata: “Allah SWT. telah menawarkan amanat kepada tujuh lapis langit yang dihiasi dengan bintang-bintang dan juga menawarkan kepada malaikat  pemikul ‘arsy yang maha besar, dengan firman-Nya: “ Apakah kau mau memikul amanah itu dengan segala yang ada padanya?” Mereka menyahut: “Apa yang di dapat dari padanya?”. Selanjutnya di firmankan:” jika kamu berlaku baik akan diberi ganjaran dan jika kamu berlaku sebaliknya akan disiksa dan dihukum.” Mereka tidak menyanggupinya.[4]
            Dalam pembahasan diatas cukuplah sudah, betapa beratnya memikul amanah untuk diperlakukan dengan baik, namun jikalau melakukan dengan zalim maka siksaan dan hukuman akan mendatanginya. Seorang pemimpin seharusnya tidak bangga dengan kekuasaan yang dikuasainya, kewenangan yang berada di tangannya, akankah ia perlakukan amanah tersebut kedalam hal-hla yang baik, yang dapat menolong rakyatnya dalam hal apapun dan bagaimanapun keadaannya? Lama sudah kaum muslimin hidup tanpa tanpa pemimpin yang kuat dan dapat diterimaoleh seluruh umat, tentu, kondisi yang demikian sangat sangat-sangat tidak sesuai denghan tuntunnan Rasulullah.




[1]Abd.Mustaqim&muhadi zainudin:” Studi kepemimpinan islam”(  PUTRA MEDIATAMA PRESS, Semarang, 2008) hlm,1
[2] Syafi’i antonio :Muhammad SAW.the  super leader super management, Pro lm & tazkia publishing,2009.
[3] Ibid. Hlm,146
[4] Hadist Qudsi, pola pembinaan akhlak

Artikel Populer

Kerajaan Islam Awal di Tanah Melayu

  Warga Daerah Lingga, Aceh Tengah Dakwah islam yang telah menyebar di Tanah Melayu sejak abad ke-7 masehi ( Abad awal ...