Siapa sih yang tak kenal al-Fatih, salah seorang Sultan Khilfah Islamiyyah yang ke-7. Beliau lahir pada tahun 1432-1481 M. Nama asli beliau adalah Mehmet atau Muhammad II, digelari al-Fatih karena presetasinya yang mampu menaklukkan Konstantinopel yang merupakan Kota terbesar dan terindah di dunia saat itu yang telah dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium, Constantine I.[1]
Pada Bulan Rabiul Awwal tahun 887 H atau bertepatan dengan tahun 1481 M, Muhammad al-Fatih berangkat menuju Asia Kecil. Di kawasan Askadar telah dipersiapkan pasukan dalam jumlah besar. Sebelum keluar dari Istambul menuju Asia Kecil, Sultan diserang penyakit panas. Namun beliau tidak peduli dengan penyakitnya karena kecintaan beliau terhadap jihad di jalan Allah begitu besar, biasanya ketika terjun ke medan pertempuran Sultan akan mendapat kesembuhan, namun ternyata penyakit panasnya semakin tinggi. Ketika sampai di Askadar, Sultan memanggil para dokter. Namun ketentuan Allah telah berlaku, kondisi Sultan semaki parah sehingga puncaknya, Allah mencabut nyawanya di tempat tersebut. Beliau wafat di tengah-tengah pasukan besarnyapada tanggal 4 Rabiul Awwal 886 H atau Mei 1481 M. Saat wafat beliau berusia 52 tahun dan telah berkuasa selama 30 tahun lebih.[2]
Baca juga Kerajaan Kedah Tua
Sebelum beliau wafat, beliau meninggalkan beberapa wasiat kepada penggantinya sepeninggalnya khususnya, umumnya untuk kaum muslimin. Diantara wasiat beliau adalah sebagai berikut.
1. “ Jadilah engkau seorang yang adil, Shaleh, dan pengasih”
Tatkala Sultan memasuki Kota Konstantinopel sebagai seorang pemenang, beliau berperang dengan tegap berpegang teguh kepada etika perang dalam Islam. Beliau tidak pernah melanggar kehormatan orang lain, tidak membunuh anak-anak, tidak membunuh orang tua dan wanita, tidak merusak tanaman-tanaman yang bisa dimakan, tidak juga menyiksa orang-orang yang tidak berdaya, tidak mencincang mayat musuh, dan tidak membunuh kecuali kepada orang-orang yang mengangkat senjata dihadapannya.[3]
2. “ Rentangkan perlindunganmu terhadap seluruh rakyat tanpa perbedaan “
Sebagai seorang pemimpin sekaligus khalifah Islam, beliau selalu berbuat adil terhadap rakyatnya. Beliau selalu memberikan hak kepada yang berhak menerimanya dan menghukum orang yang berhak menerimanya, sehinggan kedamaian muncul ditengah kepemerintahannya.
3. “ Janganlah kamu sekali-kali mengangkat orang-orang yang tidak peduli agama sebagai pembantumu. Jangan pula kamu mengangkat orang-orang yang tidak menjauhi dosa-dosa besar dan larut dalam perbuatan keji “.
Beliau sangat menekankan dalam proses rekrutmen seorang pejabat negara, beliau selalu melihat dari sisi keilmuan dan keagamaannya sesuai bidangnya dan tidak kalah pentingnya adalah aklak atau perilakunya kepada rakyatnya.
4. “ Jangan engkau mengambil harta rakyatmu kecuali sesuai dengan aturan Islam”.
5. “ Himpunlah kekuatan orang-orang yang lemah dan fakir, dan berikan penghormatanmu kepada orang-orang yang berhak” .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar